Menikmati Record Store Day di Melbourne
Tiap tahunnya, hari Sabtu ketiga bulan April diperingati sebagai international record store day (RSD) yang merayakan dan mendukung keberadaan toko musik independen di berbagai penjuru dunia. Tahun ini RSD jatuh tepat pada Sabtu ini tanggal 22 April. Biar agak gaul 🙈 saya memutuskan untuk tur keliling sejumlah toko musik independen di Kota Melbourne, berikut cuplikan ceritanya.
Disclaimer: saya hanya penikmat musik, bukan pengamat, apalagi musisi. Tulisan ini hanya cerita santai untuk dibaca sore-sore sambil minum kopi dan ngemil pisang goreng.
Toko pertama yang saya kunjungi adalah Greville Records di Prahran. Toko yang didirikan 39 tahun lalu ini memang favorit karena memiliki koleksi CD dan vinyl (piringan hitam) yang lumayan lengkap, baik baru maupun bekas, dan tidak terbatas pada genre tertentu. Seperti kunjungan saya sebelum-sebelumnya, problem yang dihadapi bukan tiadanya album yang dicari, tapi album mana yang mau dibeli 😆. Setelah sempat nyangking dua piringan hitam bekas, Axis: Bold as Love dari Jimi Hendrix dan Punch the Clock dari Elvis Costello, akhirnya saya hanya membeli yang terakhir, toh hari masih panjang. Sepintas pengamatan saya harga yang ditawarkan tidak berbeda dengan hari-hari biasa.
Setelah keluar dari Greville saya bergegas ke stasiun untuk menuju ke kota. Timetable menunjukkan kereta baru akan datang 15 menit lagi, ya sudah saya iseng googling saja toko musik di kawasan Prahran. Ternyata ada banyak. Cuma kemudian muncul satu toko yang menonjol, Quality Records, yang memberi kesan menyenangkan waktu terakhir main ke sana (banyak banget pilihan musik klasik dengan harga terjangkau). Alhasil saya buru-buru keluar stasiun dan berjalan ke tram stop.
Setibanya di Quality Records, telinga saya disambut oleh lantunan lagu Jepang yang sepertinya berasal dari era ’80an. Tidak hanya lagu Jepang, staf toko ini juga memakai yukata dan katana 😁. Tidak salah saya memutuskan ke toko ini, diskon bertebaran di mana-mana! Semua diskon 10%, bahkan khusus musik klasik diskon 25%. Rata-rata harga pelat piringan hitam musik klasik hanya $6, jadi setelah diskon harga hanya $4,5 per pelat
Namun setelah berkeliling kesana-kemari akhirnya pilihan jatuh ke album Trust, lagi-lagi oleh Elvis Costello. Kayaknya penyanyi Inggris satu ini sengaja nyantet saya deh … Tapi, serius, ada tiga daya pikat album ini: 1) ulasan yang penuh bintang; 2) harga yang relatif murah untuk sebuah vinyl baru (diskon hampir 50%), dan; 3) original master recording vinyl. Poin terakhir ini artinya pelat piringan hitam ini dibuat dengan tape rekaman asli saat album ini direkam di studio tahun 1981, sehingga kualitas suaranya superior dibandingkan pelat yang “standar”.
Usai berbelanja di Quality Records akhirnya saya menuju ke kota, tepatnya ke Wax Museum Records, dengan spirit membeli album funk tahun ’70an. Toko satu ini memang dikenal dengan banyaknya pilihan album funk, disko, dan hip hop. Setibanya di toko yang terletak di bawah tanah ini, bersebelahan dengan pintu masuk stasiun Flinders St., semangat yang sebelumnya menggebu tiba-tiba menciut setelah melihat kerumunan manusia di toko yang luasnya hanya dua kali kamar tidur saya ini. Keramaian ini juga disumbang oleh penampilan langsung oleh musisi lokal Melbourne. Setelah menarik napas panjang, masuk juga saya ke toko ini dan memulai ritual crate digging. Setelah 5 menit saya baru menyadari sebuah blunder besar: saya ngga tahu apa-apa tentang musik funk 😵. Ya sudahlah, mari cabut ke toko keempat dan terakhir, Rocksteady Records!
Kunjungan beberapa waktu yang lalu ke toko yang terletak di CBD Kota Melbourne ini sukses membawa pulang dua album jazz. Namun harapan bisa menemukan album jazz secondhand yang menggoda hati, misalnya soundtrack film Ascenseur pour l’échafaud, pupus akibat live performance yang diadakan di panggung yang letaknya tepat di depan rak album bekas 😩. Selain itu, saat mereka nyanyi, seluruh penonton berdiri diam sambil menikmati lagu. Which is great, tapi jadi bikin ga enak buat crate digging sendirian hehehe …
Akhir kata, saya pulang membawa dua album yang saat menulis blog ini disetel kencang-kencang, mumpung semua housemates sedang ngga ada di rumah 😜. Oya, RSD juga ada lho di Indonesia, tepatnya di Kuningan City tanggal 21-22 April ini. Buruan!